Dunia fisika dikejutkan dengan penemuan partikel Higgs Bosson. Selama
ini keberadaan partikel ini hanya ada dalam model teori standar. "Tanpa
partikel ini tak ada akan ada berat, maka tak ada alam semesta. Tak akan
ada apa-apa," kata Haryo saat diwawancara melalui voice chat, 5 Juli
2012.
Partikel Tuhan adalah partikel terakhir dalam teori model standar.
Ilmuwan mulai mencarinya sejak tahun 1964. Dalam model ini, alam semesta
tercipta dari 12 partikel dasar dan enam pembawa gaya. Sebelumnya, baru
lima partikel pembawa gaya yang ditemukan.
"Selama ini kita melihat benda-benda yang punya berat, ada gravitasi
yang membuat bumi berputar. Artinya, harus ada sesuatu yang menghasilkan
massa untuk partikel-partikel itu," kata pria kelahiran Tabanan, Bali
ini. Sebuah partikel Higss bisa mempengaruhi massa jutaan partikel lain.
Selama ini dia selalu ada di seluruh alam semesta, tapi baru ditemukan.
Haryo SumowidagdoHaryo adalah satu dari dua fisikawan Indonesia yang
terlibat dalam penelitian ini. Fisikawan lain, Rahmat Rahmat, bekerja
dari laboratorium Fermilab di Amerika Serikat. Adapun Haryo bekerja di
laboratorium CERN di Jenewa, Swiss.
Menemukan partikel ini bukan hal yang mudah. Ribuan peneliti yang ada
dalam dua kelompok, ATLAS dan CMS, bekerja bersama untuk menemukan
partikel tersembunyi ini. "Ini bukan hasil kerja segelintir orang tapi
kolaborasi banyak lembaga dari puluhan negara," kata dia.
Haryo terlibat dalam penelitian CMS di Jenewa, Swiss, untuk menemukan
Higgs boson. "Saya bertanggungjawab untuk memastikan komponen detektor
beroperasi. Komponen detektor itu harus terus dipelihara, untuk bisa
mendeteksi partikel," kata doktor berusia 36 tahun ini.
Lulus sarjana dan master di Universitas Indonesia, Haryo kemudian
mendapatkan beasiswa untuk program doktoral di Florida State University
tahun 2001. Di situlah dia mulai terlibat dalam pencarian Higgs Boson,
berkolaborasi dengan Fermilab. Pada Januari 2009, Haryo menjadi bagian
dari tim CERN di Swiss.
Haryo juga berperan dalam pengambilan data dari percobaan yang sudah
berlangsung selama bertahun-tahun ini. Dia juga disibukkan dengan
kolaborasi dengan peneliti-peneliti lain serta diskusi dengan peneliti
yang lain. Dia juga terlibat dalam beberapa percobaan lain mengenai
fisika partikel.
Pencarian Higgs boson dilakukan dengan mesin Large Hadron Collider yang
beroperasi selama 24 jam, tujuh hari seminggu. Haryo sendiri bekerja tak
kalah keras, biasanya dimulai pukul delapan pagi hingga sebelas malam.
"Ilmuwan itu dinilai dari produktivitasnya, seperti pengusaha. Kalau tak
kerja sebanyak-banyaknya, sulit untuk menang dari peneliti lain," kata
Haryo yang gemar memotret saat senggang. Selain meneliti, Haryo juga
menguasai ilmu teknik. Pasalnya, alat penelitian ilmuwan partikel tak
bisa dibeli di supermarket terdekat. Mereka harus bisa membuat alatnya
sendiri, atau setidaknya tahu cara memelihara dan merawatnya.
Lalu apa sebenarnya guna penemuan partikel Higgs boson untuk umat
manusia? "Ini penemuan yang ada di luar imajinasi kita. Pengetahuan baru
yang ilmuwan pun belum tahu apa kegunaan praktisnya," kata pemegang
gelar doktor dari Florida State University ini. Kegunaan praktis itu
mungkin belum akan diketahui dalam puluhan bahkan ratusan tahun ke
depan.
Haryo mencontohkan, penemuan ini seperti teori relativitas Einstein yang
ketika diumumkan tujuh puluh tahun lalu belum bisa dipahami. Kini, GPS
bekerja berdasarkan teori itu. Tanpa teori Einstein, GPS tak akan bisa
menunjukkan lokasi dengan tepat dan akan meleset 50 hingga 100 meter.
"Bagi ilmuwan, mendapat pengetahuan baru tentang dunia dimana kita
hidup, akan membawa apresiasi lebih kepada hidup ini," kata Haryo yang
saat dihubungi tengah menghadiri konferensi International Conference for
High Energy Physics di Melbourne.
Penemuan Higgs boson istimewa bagi Haryo karena penemuan ini
mengingatkannya pada kejadian yang menginspirasi dia menjadi seorang
fisikawan partikel. 18 tahun lalu, seorang fisikawan Indonesia bernama
Stephan van den Brick ikut membuktikan adanya partikel quark top, salah
satu partikel yang juga mendukung model standar.
"Waktu itu saya baru diterima di UI, tak tahu apa-apa. Saya takjub bahwa
ada lulusan UI yang bisa menjadi bagian dari penemuan menakjubkan itu,"
kata dia. Guntingan koran tahun 1994 itu masih disimpannya hingga
sekarang.
Klik pada gambar untuk memperbesar.Kini, Haryo benar-benar mencapai
cita-citanya. Dia ikut menemukan partikel Higgs boson, keping terakhir
model standar, kunci dari rahasia besar alam semesta. Namun kerja belum
selesai. Penemuan ini baru awal pekerjaan panjang para ilmuwan.
Karenanya, Haryo berharap, penemuan ini menginspirasi anak muda
Indonesia untuk menjadi fisikawan. "Semuanya mungkin asal mau bekerja
keras. Jangan takut mencoba dan meninggalkan zona nyaman," kata Haryo.
http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=34439