Recent Posts

@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk

Rabu, 21 Maret 2012

Kekurangan Bukan Berarti Tidak Istimewa



weheartitEinstein kecil berusia 3 tahun belum bisa berbicara. Namun ketika ia mulai bisa bicara, kalimat yang diucapkannya selalu diulang dua kali. Sampai usia 9 tahun, Einstein masih mengalami kesulitan bicara.
Ibu Einstein menganggap anaknya ‘aneh’ karena merasa janggal dengan ukuran kepala Einstein yang terlalu berlebihan untuk anak seumurnya.
Setelah diperiksakan, ternyata Einstein didiagnosis menderita Benign Macrocephlay yang nantinya bisa menjurus pada keterbelakangan mental.
Einstein juga diketahui pernah menderita Dyslexia (kesulitan mengenali angka dan huruf) dan gangguan mental dengan sindrom Asperger (sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme).
Tapi fakta kemudian berkata lain. Einstein mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi.
Ia pun dianugerahi Penghargaan Nobel dibidang Fisika pada tahun 1921.
Kecerdasannya menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Bahkan, Einstein menjadi kata lain yang berarti ‘genius dalam bidangnya’ dalam kamus bahasa Inggris.
Setelah kematiannya, otak Einstein diteliti. Penelitian itu menunjukkan bahwa otak Einstein memang tidak memiliki regio operculum parietal yang dibutuhkan untuk fungsi verbal manusia.
Sementara itu, lobus parietal otaknya lebih besar dari manusia rata-rata, ini yang membuat ia pintar dalam bidang matematika dan kognisi.
Einstein dengan kekurangannya mampu mencari celah untuk membuktikan kecerdasannya. Ia menjadi lebih dari sekedar istimewa!
Jadi, jika Anda merasa tidak mampu melakukan sesuatu, carilah kelebihan Anda dan kembangkan!
I have no special talents, I am only passionately curious” (Saya tidak punya bakat khusus, saya hanya sangat penasaran) – Albert Einstein.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar