Jika seseorang meninggal maka pesan pesan genetika dalam DNA ini dilanjutkan aktivitas dan kehidupannya pada anak keturunannya
Jika seseorang meninggal maka pesan pesan genetika dalam DNA ini dilanjutkan aktivitas dan kehidupannya pada anak keturunannya. Begitulah seterusnya seakan akan DNA ini beraktivitas secara abadi, meluncur terus, berselancar dalam sungai waktu tanpa akhir, menyusuri abad demi abad peradaban. Manusia pembawa DNA boleh mati tapi DNA akan tetap hidup pada anak keturunannya. DNA itu bagaikan sebuah kreta api abadi dan manusia manusianya bagaikan penumpang penumpang yang turun dan naik ditengah jalan. Seorang anak adalah manusia baru pembawa dan penerus DNA orang tuanya.
Jadi sebenarnya tidak usah repot repot ingin memiliki umur panjang. DNA anda akan terselamatkan jika paling sedikit anda punya satu anak atau keponakan.
Jadi siapakah yang sejatinya hidup? Kita atau DNA kita? Itulah alam maha rahasia (Acinthya). Tak terpikirkan. Siapakah yang kita layani tiap hari ? Kita adalah pelayan sel sel. Kita bukanlah sel sel itu. Kita adalah sebuah momentum dalam arus Hukum Karma yang sedang berevolusi di alam semesta menuju Chantih. Menuju ”The Equilibrium of Every thing”.
Kita hanyalah momentum saja, tanpa inti diri yang sejati berkelana di alam siluman (Merchapada). Eksitensi eksternal yang anda ingin wujudkan atas pacuan ego tetap sebatas bayang bayang yang akan lenyap di akhir hari. Tapi eksistensi eksternal yang anda lakukan atas dasar pengabdian dan cinta kasih akan menggiring anda pada kesadaran supra tentang tumimbal kelahiran dalam arti yang sebenarnya.
sumber: spiritual-sains.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar