Recent Posts

@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk

Kamis, 03 Januari 2013

Sinkronisitas pada TAROT PSIKOLOGI



Oleh Hisyam A Fachri
Dalam praktek yang sering saya lakukan dan beberapa artikel yang sering saya tulis tentang Tarot, masih sering orang menanyakan kepada saya : “ Bagaimana mungkin cara kerja Tarot yang diangkap klenik / mistik dapat menjadi metode yang rasional dan ilmiah ?”. atau “ Bagaimana mungkin hanya sebuah kartu dapat mempresentasikan persoalan yang dihadapi oleh manusia ? lalu, Bagaimana tingkat validitas dan reliabilitasnya ?”
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban tidak mudah bagi mereka yang sudah terkontaminasi dengan mitos-mitos bahwa kartu Tarot adalah sebuah ‘pintu gerbang’ menuju kemusyrikan (Islam–red). Apalagi ditambah tentang pemahaman, bahwa pada setiap pertanyaan dan jawaban Tarot, selalu mengarah pada sesuatu keadaan yang belum terjadi atau ramalan masa depan. Apakah ini tidak mendahulukan takdir Tuhan…. ?. Mari kita coba mencari beberapa literatur yang dapat menjawab beberapa pertanyaan diatas, tentu dengan pendekatan-pendekatan psikologi yang memungkinkan untuk dipelajari.
Didalam kehidupan manusia kita tentu mengenal pola depresi, tertekan dan stres, dimana pikiran bawah sadar menunjukkan eksistensi pengaruhnya untuk menekan pikiran sadar manusia. Adalah Sigmund Freud, sebagai peletak ilmu jiwa dan tinjauan psikoanalisa yang menguraikan tentang bawah sadar sebagai sesuatu yang personal atau ketidak-sadaran personal. Tetapi disisi lain kita juga mengenal bawah sadar atau ketidak-sadaran kolektif yang dipaparkan oleh Carl Gustav Jung.
Menurut Jung ketidak-sadaran bukan merupakan pribadi saja yang tertekan oleh keadaan, tetapi bisa juga dikarenakan oleh pengaruh exsternal seperti bentuk simbol dan mimpi yang dimunculkan dalam bahasa simbolis. Karna bahasa simbolis inilah, maka bisa muncul sebuah mitos, dongeng dan lagenda secara berkesinambungan dan berulang-ulang. Misalnya saja, mitos yang berkembang bahwa seni Tarot adalah sesuatu metode peramalan dan tidak memiliki tingkat vadilasi ilmiah yang kuat, karna sejak dahulu permainan kartu Tarot dipergunakan untuk meramal masa depan seperti yang dllakukan oleh Raja Fir’aun (Mesir), Kaum Gypsy (Eropa), Suku Altec (Amerika Latin), para peramal / dukun dll. Sehingga ketika Tarot dimainkan dan dikaji secara ilmiah serta mendalam, maka masih ada saja orang yang merasa takut, phobi dan berpikir syirik.
Ketika kita menemukan pola dasar fantasi, khayalan, mimpi dan persepsi dari masing-masing individu inilah yang oleh Jung disebut ketidak-sadaran kolektif. Dan semangkin bayang-bayang ini hidup di tengah masyarakat kita, semangkin kuat pula pola dasar perasaan dan persepsi masing-masing individu. Karena mitos, legenda, cerita dll, meninggalkan kesan yang dapat mempengaruhi serta menarik perhatian kita secara tak sadar dan tak terlihat. Dengan struktur turun temurun yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, kita bisa mengeksplorasi diri kita kapanpun dan dimanapun karena pola inilah yang mendasari bagian emosional kita untuk memberi otonomi penuh pada pikiran sadar kita sendiri.
Jung meyakini bahwa semua jiwa manusia terhubung dengan ketidak-sadaran kolektif. Dan ini memiliki kekuatan tersendiri dalam pola-pola kehidupan sepanjang masa, sehingga kita diajarkan untuk melihat peran kita, terus berupaya untuk mencapai hasil dan melepaskan hal-hal yang tidak menguntungkan. Dengan demikian kita segera memasuki kesadaran pada ketidak-sadaran untuk bisa mencapai pemahaman atas diri kita sendiri yaitu, dengan mempertimbangkan hukum sebab akibat.
Sementara disisi lain Tarot adalah medium yang berbasis pada mitos dan legenda, karna asal muasal dari gambar yang diawali dari cerita-cerita kerakyatan dari masing-masing daerah dan ia terus berkembang sepanjang waktu. Bila kita perhatikan lebih jauh lagi, maka selalu ada pola kesamaan yang berulang pada sebuah cerita. Mari kita lihat seperti cerita sang Pesulap (penyihir), si Dungu (badut), Raja, Ratu, Perwira, sang Petapa dll pada Arcana Mayor dan semua simbol cerita gambar yang ada di Arcana Minor. Semuanya akan bermunculan meski waktu dan tempat kemunculannya berbeda-beda.
Walau gambar Tarot dibuat pada masa lalu, tetapi ia mempunyai pola yang sama ketika dimainkan sekarang. Lalu apakah ini adalah sebuah kebetulan ? atau kebetulan yang sangat kebetulan ?. Ya, bagaimanapun ini adalah sebuah pola yang unik untuk sebuah kebetulan, sama halnya ketika turunnya wahyu Tuhan dimasa lalu baik dalam bentuk Al Qur’an, Injil dll, pastilah memiliki korelasi. pada kehidupan sekarang dan ia akan berlaku sepanjang masa.
Tarot bekerja dalam konsep ketidak-sadaran kolektif. Ketika sebuah gambar dimunculkan, sebenarnya terdapat pesan yang keluar dari ketidak-sadaran kolektif untuk permasalahan yang berhubungan dengan kita (klien). Lalu apa yang membedakan dengan kartu Rorschach adalah, jika kartu Rorschach masuk dalam diri kita melalui ketidak-sadaran personal, maka kartu Tarot masuk dalam ketidak-sadaran kolektif.
Jadi, sama saja ketika kita mempelajari kartu Rorschach dalam mata kuliah Psikologi dan mewacanakannya maka, seperti itulah tentang kartu Tarot diapresiasikan, walau memang ada perbedaan dalam kualifikasinya. Sama halnya dengan adanya perbedaan kualifikasi antara penguasaan Rorschach terhadap TAT, Wartegg, DAM, BAUM dan alat test gambar lainnya. Sehingga pemahaman terhadap Tarot dapat dibuktikan dengan konsep-konsep keilmiahan yang seharusnya kita pahami sebagai bagian dari ilmu psikologi, walau kita masih membutuhkan kajian dan penelitian yang lebih mendalam lagi.
Adanya pola seperti kita gambar diatas, mengindikasikan bahwa penggunaan kartu Tarot untuk mencari solusi dan perspektif dari apa yang menjadi masalah kita sendiri. Penggunaan tarot bukanlah menggunakan prinsip random, tetapi menggunakan asas Sinkronisitas (Synchronicity). Sinkronisitas mengendalilkan bahwa segala sesuatu sangat berhubungan dengan sesuatu yang lain, karna dengan adanya koneksi di dalam ketidak-sadaran kolektif. Sehingga ketika kita memainkan peranan sebagai pewacana Tarot dan mengeksplorasi pikiran bawah sadar sebenarnya kita melakukan interaksi melalui ketidak-sadaran kolektif, dengan demikian apa yang muncul dalam bentuk gambar kartu bukanlah sebuah kebetulan, tetapi sebuah konsep ketidak-sadaran kolektif dari cerita, legenda dan kisah terdahulu.
Jadi, segala sesuatu yang terjadi akan sinkron dengan segala sesuatu yang relevan. Tidak ada yang dihasilkan oleh kebetulan atau random belaka. Setiap entitas manusia berinteraksi secara “psikis” (telepatik) dengan entitas lainnya yang relevan sehingga tindakan-tindakan fisik, mental, dan emosional akan terkoordinir sedemikian rupa sehingga seolah-olah ada yang mengatur. Yang mengatur adalah prinsip sinkronisitas itu sendiri.
Maka tidaklah heran ketika klien berkonsultasi dengan saya lalu mengambil kartu tebaran kemudian saya membacakannya. Semua mengatakan : “Kok, Bisa…ya!” bahkan sambil menangis tersedu-sedu karna saya telah diangap menyentuh perasaan klian. Padahal saya sendiri tidak mengenal beberapa klien yan berkonsultasi dengan saya.
*Penulis adalah Trainner, Therapist dan Management dari JASA PSIKOLOGI INDONESIA, sekaligus pengarang buku The Real art of Hypnosis dan The Real art of Tarot – seni membaca pikiran dengan Tarot serta Pemecah Rekor MURI atas kemampuan membaca pikiran terlama dan terbanyak dengan Tarot.
Sumber: http://www.facebook.com/?sk=messages&ref=mb#!/note.php?note_id=387212862549&id=1588564241
http://www.metasains.com/sinkronisitas-pada-psikologi-tarot/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar