Recent Posts

@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk@baca2yuk

Rabu, 02 Januari 2013

Teleportasi Manusia dalam Realitas dan Imajinasi


Teleportasi manusia adalah impian banyak orang. Mungkinkah pernah terjadi teleportasi pada  manusia? Jika anda bertanya pada pakar sains modern maka jawabannya jelas tidak karena sampai saat ini mereka masih belum mampu membayangkan bagaimana melakukan teleportasi pada manusia. Tetapi fenemona teleportasi sebenarnya telah sering terjadi justru di Indonesia. Sayangnya ahli-ahli fisika di tanah air kurang memperhatian fenomena tersebut. Sedangkan bagi masyarakat umum seringkali menghubungkan fenomena-fenomena yang tidak bisa dipahami dengan nalar biasa dengan mengganggap sebagai peristiwa gaib atau klenik.
Selain fenomena auto teleportasi yang terjadi dengan Bus Pahala Kencana di Hutan Blora maka sering terjadi juga fenomena teleportasi  di Gunung Sewakul dan Gunung Kendalisada yang penjelasannya dikutib dari artikel pembiasan teleportasi dari pengelola group Greget Nuswantara :
“Suatu benda kalau bergerak akan selalu relatif dengan ruangannya, suatu benda yang berada di tempat terbuka maka akan mengikuti pola relatif ruangan terbuka itu. Koordinat diukur berdasarkan posisi terhadap ruangan bebas tersebut, namun jika suatu benda yang berada di ruang tertutup maka akan bergerak relatif terhadap ruang tertutup tersebut, bukan terhadap ruang yang di luar ruangan itu.
Sebuah batu yang dilempar dari titik A akan melewati jalan raya dan jatuh ke titik B, namun kalau batu tersebut melewati dalam bus yang melintas di jalan raya itu, maka batu akan jatuh di titik E yang berada di tempat yang berbeda dengan titik B tergantung dari arah gerak bus.
Media teleportasi yang saat ini ada bisa dilihat di Gunung Sewakul dan Gunung Kendalisada yang terletak di Jawa Tengah dan kedua gunung tersebut berjarak sekitar 12 kilometer, di mana apabila ada pendaki di Gunung Sewakul hilang maka akan ditemukan di Gunung Kendalisada, dan kalau ada pendaki di Gunung Kendalisada yang hilang maka akan ditemukan di Gunung Sewakul, namun pendaki tersebut harus tepat berada pada koordinat A untuk di Gunung Sewakul dan mendarat di koordinat B di Gunung Kendalisada atau kalau naik di Gunung Kendalisada harus tepat berada di koordinat X dan akan mendarat di koordinat Y di Gunung Sewakul, di mana koordinat A lebih tinggi dari Y dan koordinat B lebih tinggi dari X. Posisi kedua koordinat tersebut ditentukan dengan ‘Menyan’ dan waktu aktif portal teleportasinya juga didapatkan dari data Menyan.”
Dalam kisah imajinatif fenemona teleportasi telah mulai ditampilkan dalam kisah Harry Potter 6 dan 7 dengan istilah Apparation. Mulanya penyihir ber-Dissapparate (disappear/menghilang) dari suatu tempat lalu Apparate (reappear/muncul kembali) di tempat lain. Menariknya untuk melakukan Apparation harus mendapat  izin, mirip izin mendapatkan SIM bagi Muggle. Apa bedanya penyihir yang memiliki izin ini dan yang tidak? Seperti Muggle dengan SIM-nya, penyihir tanpa izin Apparation mungkin akan ditilang atau setidaknya akan mendapat masalah bila ketahuan melakukan Apparition.
Tatacara dan teknologi kuno yang dimiliki leluhur kita yang dikenal dengan Ai Sepi Angin secara jelas menggambarkan kemampuan melakukan teleportasi. Karena dengan Ajian tersebut kita dapat berpindah dari suau tempat ke temat lain dengan cepat. Ajian atau teknologi kuno ini masih terjaga hingga saat ini pada beberapa orang yang mewarisinya. Inilah penjelasan tentang Aji Sepi Angin  dari group Greget Nuswantara yang dikelola Turangga Seta:
“Aji Sepi Angin yang digunakan Leluhur untuk berpindah tempat, aji Sepi Angin adalah suatu sandi untuk mengubah kita ke ‘dimensi antara’ yang bergerak lebih cepat, sehingga saat keluar atau kembali ke dimensi normal maka kita akan sudah berpindah tempat, untuk pengaturan posisi mendarat sangat tergantung dari terbiasanya kita menggunakan aji Sepi Angin dan penghitungan waktu yang tepat agar bisa sampai tujuan bukan kelewat jauh atau malah belum berpindah.”

http://www.metasains.com/teleportasi-manusia-dalam-realitas-dan-imajinasi/

1 komentar:

  1. GW setuju nih dgn teleportasi di cerita ini, Ken gW ngalamin sendiri. Naik motor dr Cikarang - Jogja, waktu tempuh Sehesnya, 12 jam, tetapi lebih lambat 1 jam (Google map), di titik tertentu, sekitar Tegal, ada prrasaaan aneh (mlm hr), motor terasa lebih lambat terbawa angin, dan bensin motor lebih irit. Sebaliknya dr Jogja ke Cikarang ( pulang lewat selatan, pergi lewat utara), perasaan aneh terjadi lg spt waktu berangkat, Lebih lama 1 jam, bensin motor terasa irit, tidak sesuai perhitungan (1 l / 20 km), blm injeksi motor gW, boros. Dan kejadian aneh waktu berangkat kan di Tegal (utara), kalo di selatan , di Wangion. Sore menjelang maghrib.

    BalasHapus